Kamis, 10 Maret 2011

Cotoh Review Jurnal


REVIEW JURNAL
Prognostic Factors of Prostate Cancer Pasients at Hospital University Sains Malaysia
Oleh : Narjit Kaur Chemay, Nyi Nyi Naing, Mohd Nor Gohar Rahman, Norsa’adah Bachok
International Medical Journal, vol. 15, No. 3, pp. 225-231. July 2008

                Karsinoma prostat adalah penyakit pada usia lanjut. Insidennya meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki dibawah usia 40 tahun Kanker prostat jarang ditemukan, tetapi kemungkinan menemukan penyakit ini pada usia diatas 80 tahun adalah 80-100%. Karsinoma juga merupakan jenis kanker yang paling sering diderita oleh kaum pria. Pria di Negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa memiliki resiko untuk mendapatkan kanker prostat lebih tinggi dari kaum pria dari bagian dunia lainnya. Di Malaysia sendiri, jumlah kasus baru kanker prostat yang tercatat pada tahun 2003 adalah 602 kasus dan berada pada peringkat keenam dari 10 jenis kanker yang paling sering dialami oleh kaum pria.
                Penelitian tentang faktor prognostik penting untuk dilakukan karena dengan penelitian tersebut para klinisi bisa memprediksikan kemampuan bertahan (survival) pasien dan akhirnya bisa menentukan metode terapi yang paling baik untuk pasien dengan kanker prostat. Penelitian jenis ini dilakukan dengan memepelajari riwayat perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi outcome pasien dalam konteks kemampuan survival pasien.
Sebuah penelitian tentang faktor prognosis pada pasien kanker prostat yang dilakukan oleh Chemay, N. K, dkk (2008) di Malaysia berusaha menemukan faktor prediktor yang mempengaruhi kemampuan pasien kanker prostat untuk survival. Dengan outcome penelitian adalah lama bertahan hidup pasien kanker prostat dimulai sejak terdiagnosa hingga akhirnya meninggal dan yang menjadi factor prognosisnya adalah umur, ras, status merokok, metastase, histological grade, prostate-spesific antigen (PSA), kadar hemoglobin, adanya hidronefrosis, dan jenis terapi yang diberikan.
Dengan desain penelitian kohort retrospektif, uji statistika regresi dengan analisis multivariat dan pengambilan sampel secara total sampling pada sejumlah catatan medis dari tahun 1983-2004, akhirnya bisa diidentifikasikan dari sekian faktor prediktor ternyata hanya kadar hemoglobin yang secara statistik signifikan berpengaruh terhadap lamanya bertahan hidup ( HR=0,31, 95% CI:0,11, 0,91, p=0,022). Histological grade dan metastase sendiri adalah faktor prediktor biologis yang penting untuk di pertimbangkan walaupun secara statistik tidak signifikan.
                Namun jika ditelusuri proses penelitiannya, dapat ditemukan sejumlah kelemahan diantaranya adalah :
Ø Konsekuensi dari penggunaan desain penelitian kohort retrospektif, data yang diperoleh berasal dari catatan medis pasien saat di rawat di Rumah Sakit sehingga hanya data yang terdokumantasi saja yang yang bisa dijadikan variabel penelitian (faktor Prognosis). Akhirnya sejumlah factor yang lain yang tidak terdokumentasi seperti status nutrisi, status imunologi, dan performance status serta faktor psikososial dan lingkungan tidak bisa diteliti. Padahal menurut Velde, dkk (1996) dalam bukunya yang berjudul Onkologi, selain umur, status nutrisi, status imunologi, dan performance status adalah sebagai faktor prognosis pada pasien kanker. Dengan kata lain sejumlah confonding factor tidak bisa dimanajemen.
Ø Peneliti juga tidak dapat mengontrol keadaan dan kualitas pengukuran yang telah dilakukan oleh orang lain pada masa lalu. Peneliti hanya mengandalkan data sekunder yang telah ada dari catatan medis yang mungkin saja kurang lengkap atau tidak sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti. Dapat dilihat pada penelitian ini terdapat sejumlah catatan medis pasien tanpa data tentang stage dan grade tumor serta data tentang kekambuhan setelah periode remisi yang akhirnya di eksklusi oleh peneliti. Misalnya pada variabel status merokok, data yang tercatat tidak akurat. Tidak bisa menjelaskan bahwa pasien adalah perokok aktif atau pasif, lamanya merokok ataupun berapa banyak rokok yang dihisap dalam sehari sehingga terjadi bias pada variabel ini
Ø Jumlah kasus kanker prostat yang tidak terlalu banyak di Malaysia menjadi masalah tersendiri bagi peneliti. Secara global, memang kanker prostat adalah jenis kanker yang paling sering dialami oleh kaum pria. Presentase terbesar disumbangkan oleh Negara-negara kawasan barat, sedangkan di Asia tercatat memiliki prevalensi yang paling kecil. Di Malaysia sendiri bila dibandingkan dengan jenis kanker lain yang biasa dialami pria, kanker prostat menduduki urutan yang keenam. Konsekuensi dari kurangnya jumlah kasus maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara total sampling (no probability sampling). Sehingga bias pun tidak bisa dihindari, karena penyebab kematian pasien kanker prostat bisa saja bukan karena kankernya itu sendiri melainkan oleh penyebab lain seperti adanya penyakit lain yang menyertai, kecelakaan, kompensasi proses penuaan karena pasien kanker prostat yang nota bene lansia, dan penyebab-penyebab lainnya.
Ø Walaupun sudah menggunakan total sampling, jumlah sampel tidak mencukupi standar sampel yang seharusnya. Jumlah sampel yang memenuhi standar adalah 87 pasien ( menggunakan Power and Sample Size Software, CI 95%, power of 80%, detectable hazard of 4, ratio of patients of 2 ). Dari 145 kasus penyakit kanker prostat di Rumah Sakit Universiti Sains Malaysia, 110 nama pasien teridentifikasi tetapi hanya 92 catatan medis yang tersedia. Dan yang lebih tidak menguntungkan lagi hanya 74 data pasien yang memenuhi syarat untuk diteliti. Data hasil penelitian tidak bisa di generalisasikan  secara optimal.
Penelitian-penelitian berskala besar tentang faktor prognosis pasien kanker memang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa diantaranya memiliki variabel independen yang sama dengan penelitian ini, namun memberikan hasil penelitian yang berbeda-beda. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan metode penelitian dan teknik pengambilan sampel yang berbeda. Selain itu, tidak menutup kemungkinan akibat dari sifat manusia sebagai mahkluk yang unik yang menyebabkan variasi dari tiap-tiap penelitian.
Dilihat dari segi waktu dan biaya penelitian desain kohort retrospektif mamang lebih efisien, karena untuk dapat mengikuti perkembangan penyakit hingga pasien meninggal membutuhkan waktu yang lama. Namun dengan keterbatasan jumlah sampel hingga teknik pengambilan sampel kurang tepat menghasilkan bias pada hasil penelitian. Akhirnya hasil penelitian pun menjadi kurang valid.
Walaupun membutuhkan waktu yang relatif lama dan biaya yang lebih besar, desain-desain kohort lainnya mungkin bisa menghasilkan evidence yang lebih valid. Indikator-indikator untuk menilai kemampuan survival selain lamanya bertahan hidup mungkin bisa dipertimbangkan untuk mengatasi kendala waktu penelitian yang lama.
                Dengan mengesampingkan segala keterbatasan dari penelitian ini, implikasi penelitian ini  terhadap pelayanan keperawatan sangat penting. Penelitian ini bisa memberikan masukan yang positif bagi peningkatan pelayanan keperawatan khususnya di bidang onkologi. Dengan mengetahui bahwa kadar hemoglobin bisa memprediksikan kemampuan survival pasien dengan kanker prostat, penting bagi perawat untuk memantau hasil pemeriksaan laboratorium dan memberikan tindak lanjut atas penurunan kadar hemoglobin dengan tindakan mandiri perawat seperti memperbaiki status nutrisi dan memfasilitasi kebutuhan istirahat-tidur yang adekuat saat pasien dirawat di Rumah Sakit. Selain itu, perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang pentingnya pemenuhan nutrisi dan istirahat tidur dalam hubungannya untuk membantu mempertahankan kadar hemoglobin yang optimal sehingga pasien menjadi lebih survive atas penyakitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar